Sunday, June 19, 2011

Ribuan Massa Hadir Dalam Sunat Massal Keluarga Besar IPK

Medan,

Segerombolan bocah-bocah usia belasan tahun, sibuk mencari tempat duduk yang nyaman di bawah tenda yang penuh dengan hiasan warna-warni. Didampingi ayah atau ibu mereka masing-masing, terlihat bocah-bocah ini sangat antusias mengikuti acara yang akan menghantar mereka menuju kedewasaan. Tampak sorot mata yang kelihatan tegar terpancar dari beberapa bocah, acuh seperti siap menghadapi apa yang terjadi. Namun tak sedikit sinar gentar terpancar dari mata bocah-bocah yang tahu bahwa mereka akan segera di khitan.

Di depan tenda, disebuah pentas berukuran 3 x 4 meter, terlihat panitia sibuk mengatur rombongan bocah yang baru datang, suara pengeras suara terdengar bertingkah dengan jerit dan teriak para bocah. Tepat pukul 08.30, Team Medis dari Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara, siap menjadi eksekutor dalam menjalankan tugasnya mengkhitankan bocah-bocah tersebut satu persatu.

Dengan senyum ramah, 50 orang tenaga medis dari FK UISU Medan membawa bocah-bocah menuju kedewasaan mereka. Tak kurang dari 328 bocah pada Sabtu pekan kemarin, di Khitan dalam kegiatan Sunat Massal Keluarga Besar Ikatan Pemuda Karya yang dilaksanakan oleh Dewan Pimpinan Daerah Ikatan Pemuda Karya (DPD IPK) Provinsi Sumatera Utara.

Mengambil tempat di Sekretariat organisasi kepemudaan terbesar di Sumatera Utara tersebut, Jalan Burjamhal B-31 Medan, acara yang dihelat sejak pagi dan berakhir menjelang malam tersebut berlangsung sukses.

Imah (34) Salah seorang ibu yang anaknya ikut di khitan mengatakan, bahwa dirinya merasa terbantu dengan adanya kegiatan sunat massaltersebut. Bagi Imah, yang berasal dari keluarga sederhana ini, biaya yang harus mereka keluarkan untuk mengkhitan anak tergolong mahal. Maka begitu mendengar ada kegiatan sunat missal dari para Pengurus Ranting IPK di Desanya, Imah mendaftarkan seorang anaknya menjadi peserta sunat massal.

“Kami sangat berterima kasih pada Ikatan Pemuda Karya, semoga kegiatan ini dilakukan setiap tahun, karena sangat membantu kami-kami masyarakat yang kurang mampu ini,” ujar warga dari Kampung Lalang Kecamatan Sunggal ini.

Sementara itu, Ketua DPD IPK Provinsi Sumatera Utara, Nerson Diapari Simanjuntak, SH kepada IPKNews dan media lainnya mengatakan, bahwa kegiatan sunat massal ini akan menjadi agenda tahunan dari program kerja organisasi yang dipimpinnya.

“Tahun depan kegiatan sunat massal ini akan dilaksanakan lagi, bahkan Insya Allah dengan jumlah peserta yang lebih banyak lagi. Rencananya tahun depan kita akan mengkhitan 1000 anak dari keluarga kurang mampu yang ada di Sumatera Utara,”katanya.

Ditambahkannya, belajar dari sukses acara yang dihelatnya dan antusiasme masyarakat mengikuti sunat massal IPK Sumut kali ini, pria yang akrab di sapa Echon Simanjuntak ini, semakin terpanggil untuk mengadakan kegiatan yang lebih besar dan menyentuh lapisan masyarakat di Sumatera Utara.

“IPK akan selalu berbuat bagi masyarakat Sumatera Utara, IPK Provinsi Sumatera Utara menjadi garda depan untuk mensukseskan komitmen Ketua Umum DPP IPK, Budi Panggabean untuk memajukan IPK dengan kegiatan-kegiatan yang menyentuh lapisan masyarakat. IPK Sumut Siap untuk melaksanakan amanat tersebut,” ujarnya didampingi Sekretaris DPD IPK Provinsi Sumut, Sutrisno,S.Ag, Wakil Ketua DPD IPK Provinsi Sumut, T Ziral Ukri (Nyak), Sahat Simorangkir, Lasdi Armand, Jhon Kennedy Tamba, Drs. Didin Mahidin, Benny Sipayung, Charles Panggabean serta pengurus DPD IPK Provinsi Sumatera Utara lainnya.

Tampak hadir dalam kegiatan tersebut Kadisporasu, Ketua DPD IPK Kota Medan, Basirun didampingi Sekretaris Zainal Abidin,SH, Ketua DPD IPK Kota Tebing Tinggi, Hermanto Erick Sitorus, PAC IPK Se Kota Medan dan keluarga besar Ikatan Pemuda Karya di Sumatera Utara.

Keluarga Besar Ikatan Pemuda Karya Sunat Massal 300 Anak Se Kota Medan

Medan,

Keluarga Besar Ikatan Pemuda Karya tak pernah berhenti dalam mewujudkan motto organisasi Ikatan Pemuda Karya yakni Karya Nyata Bukan Karya Kata. Hal tersebut dibuktikan dengan beragamnya kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi berbasis di Kota Medan ini.

Setelah menyantuni sejumlah panti asuhan pada Natal dan Tahun baru 2011 kemarin, lalu dilanjutkan dengan mengadakan bakti sosial ke Panti Jompo dalam rangka Tahun Baru Imlek, beberapa waktu lalu Dewan Pimpinan Daerah Ikatan Pemuda Karya Provinsi Sumatera Utara juga mencanangkan pembinaan olahraga di Sumut dengan menggandeng Dispora Sumatera Utara dalam membina olahraga di provinsi Sumatera Utara. Tak cukup sampai disitu, kali ini Keluarga Besar Ikatan Pemuda Karya, Sabtu (21/5) pagi pekan ini, akan melaksanakan sunat massal kepada anak-anak kurang mampu yang tersebar di Kota Medan.

Hal ini diungkapkan oleh pelaksana kegiatan Sunat Massal Keluarga Besar Ikatan Pemuda Karya, yang juga Ketua DPD Ikatan Pemuda Karya Provinsi Sumatera Utara, Nerson Diapari Simanjuntak, SH kepada IPKNews, Rabu (18/5) di sekretariat DPD IPK Provinsi Sumatera Utara, kawasan Jalan Burjamhal Medan.

“Ikatan Pemuda Karya akan terus berbuat bagi masyarakat di Sumatera Utara. Insya Allah, jika tidak ada halangan, akhir pekan ini kita akan melaksanakan sunat massal bagi anak-anak kurang mampu. Sekitar 300-an anak – anak kurang mampu yang berasal dari seluruh kecamatan di Kota Medan akan mengikuti sunat massal yang diadakan oleh Keluarga Besar Ikatan Pemuda Karya,” Katanya.

Dijelaskan oleh pria yang dikenal low profile ini, kegiatan Sunat Massal kali ini adalah bentuk kepedulian sosial Keluarga Besar Ikatan Pemuda Karya terhadap masyarakat kurang mampu yang ada di setiap kecamatan di Kota Medan serta kecamatan-kecamatan yang berbatasan langsung dengan Kota Medan.

“Ikatan Pemuda Karya sejak didirikan oleh Alm. Kakanda Olo Panggabean, 42 tahun silam di kenal sangat dermawan dan sangat perduli terhadap masyarakat kurang mampu. Maka sebagai penerus perjuangan Alm. Kakanda Olo Panggabean, Ikatan Pemuda Karya yang saat ini di pimpin oleh Budi Panggabean, juga akan meneruskan apa yang telah dirintis oleh Alm. Kakanda Olo Panggabean,” jelasnya didampingi oleh Sekretaris DPD IPK Provinsi Sumut, Sutrisno,S.Ag, Wakil Ketua DPD IPK Provinsi Sumut, Sahat Simorangkir, Thomas, Rasman Pinem dan Ketua DPD IPK Kota Tebing Tinggi Hermanto Erick Sitorus.

Program-program kerja yang dilakukan Ikatan Pemuda Karya memang diabdikan kepada kegiatan yang menyentuh lapisan bawah masyarakat, sehingga Ikatan Pemuda Karya semakin diterima dihati masyarakat Sumatera Utara khususnya di Kota Medan sebagai basis organisasi.

Ditambahkan oleh Echon Simanjuntak, DPD IPK Provinsi Sumatera Utara sebagai pelaksana kegiatan Sunat Massal Keluarga Besar Ikatan Pemuda Karya, mengucapkan terima kasih kepada jajaran kader serta keluarga besar Ikatan Pemuda Karya yang telah sama-sama bekerja demi suksesnya kegiatan sunat massal ini. Terutama kepada Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Pemuda Karya, Budi Panggabean.

“Kegiatan Sunat Massal yang dilaksanakan oleh DPD IPK Provinsi Sumatera Utara, tidak terlepas dari dukungan dan arahan Ketua Umum DPP IPK Kakanda Budi Panggabean. Semoga dengan dukungan dan arahan tersebut dapat memotivasi jajaran DPD IPK Provinsi Sumatera Utara untuk semakin termotivasi dalam mensuskeskan kegiatan sunat massal ini,” ujar Echon Simanjuntak mengakhiri.

Monday, May 31, 2010

IPK SIAP MEMBANTU CIPTAKAN SITUASI KONDUSIF

Medan – Dewan Pimpinan Daerah Ikatan Pemuda Karya (DPD IPK) Provinsi Sumatera Utara beraudiensi kepada Kapolda Sumut, Irjen Pol Drs Oegroseno, Kamis (20/5). Dalam kesempatan itu, IPK menyatakan siap menciptakan dan menjaga situasi kondusif di Sumut.


Nerson Diapari Simanjuntak SH yang akrab disapa Econ didampingi Pengurus yang diantaranya Wakil Ketua Hara Ito Panggabean SE, Drs Didin Mahidin, Ir Thomas Purba, Andy P Nainggolan SE dan Bendahara Ir Andi Atmoko Panggabean mengucapkan terima kasih kepada Kapolda Sumut, karena di tengah kesibukannya masih menyempatkan diri menerima audiensi IPK.


Audiensi ini dimaksudkan, selain mempererat jalinan silaturahmi juga kesiapan IPK untuk turut menciptakan dan menjaga situasi kondusif di Sumut,” kata Econ di Medan, Selasa (25/5)


Menurut Econ, menciptakan situasi kondusif aman dan tertib bukan hanya monopoli aparat kepolisian, tapi juga membutuhkan partisipasi seluruh elemen masyarakat. Karenanya, IPK siap menerima amanah untuk menciptakan situasi kondusif dan tertib di Sumut.


Namun, imbuhnya, semua itu tidak terlepas dari bimbingan dan arahan dari Kapolda Sumut. Apalagi, Kota Medan sebagai ibukota Provinsi Sumut akan memasuki putaran kedua Pilkada. “ IPK akan menjadi garda terdepan menjaga keamanan dan ketertiban serta kondusifitas yang selama ini telah tercipta, “ ujar Econ.


Kapolda Sumut Irjen Pol Drs Oegroseno menyambut baik kesiapan dan dkungan IPK. Kapolda meminta agar IPK sebagai elemen Kepemudaan di tengah-tengah masyarakat dapat menjadi contoh teladan dalam menciptakan keamanan dan ketertiban.


Sebab, saat ini masyarakat, khususnya di lapisan paling bawah, tengah terjadi distorsi pemahaman tentang hukum. Hal ini berdampak buruk dalam penegakan hukum. “Ini sering terjadi di tengah-tengah masyarakat dan cenderung menciptakan konflik horizontal seperti yang baru terjadi di Kabupaten Mandailing Natal,” kata Econ.


Dalam kesempatan itu, jelas Econ, Jenderal bintang dua tersebut juga bercerita banyak tentang pengalaman dinasnya memimpin institusi Polri pada beberapa daerah di tanah air, sebelum bertugas di Sumut.


Terkait isu begu ganjang di Tapanuli Utara (Taput), IPK meminta agar pihak Kepolisian di seluruh jajaran memberikan pemahaman hukum yang baik kepada masyarakat, agar hal-hal seperti itu tidak terulang.


“Kapolda menyambut baik saran demikian dan sesegera mungkin mencari akar masalah dari persoalan yang muncul di masyarakat. Kapolda berjanji akan duduk bersama dengan tokoh-tokoh adat, tokoh agama dan lainnya,” jelas Econ.

KONTRASEPSI NONHORMONAL EFEKTIF CEGAH KEHAMILAN

Medan – Kontrasepsi nonhormonal di antaranya dengan cara senggama terputus dinilai menjadi salah satu cara paling efektif mencegah kehamilan. Cara itu juga dapat berhasil efektif dengan peranserta kedua belah pihak (pasangan) saat melakukan hubungan seksual.


“ Kita ingin mengenalkan kontrasepsi nonhormonal dengan jenis kontrasepsi alamiah, kontrasepsi metode barrier, alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR/IUD’s) dan sterilisasi. Pola ini sangat cocok bagi pasangan yang sangat termotivasi untuk mencegah kehamilan dan pada fertility based awareness methods atau siklus haid harus teratur,” kata Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Sumut dr.Hendry Salim Siregar,SpOG yang menjadi pembicara dalam Seminar Regional Teknologi KB Terkini, Selasa (25/5), di Hotel Madani Medan.


Menurutnya. Senggama terputus termasuk dalam jenis kontrasepsi alamiah dengan cara ekspulsi pra ejakulasi/pancaran ekstravaginal dengan melakukan pengeluaran alat kelamin pria dari vagina sesaat sebelum terjadi ejakulasi. Senggama terputus ini dinilai efektif bila dilakukan dengan benar dan konsisten serta tidak menimbulkan efek samping. Untuk melakukannya, membutuhkan kerjasama yang baik dan konsisten dari masing-masing pasangan serta tidak sesuai bagi pasangan yang mengalami ejakulasi dini.


“ Sedangkan dalam metode barrier dengan bantuan diafragma yang berbentuk kubah dan dimasukkan ke vagina sehingga menutupi serviks. Penggunaannya dapat digunakan bersama dengan spermisida yang berdiameter 50-95 mm, kegagalan 6 % pada tahun pertama dengan penggunaan yang baik dengan konsisten. Kelemahannya dapat terjadi alergi, toxic shock syndrome (latex), peningkatan kejadian ISK, tidak melindungi terhadap penyakit menular seksual (PMS) dan pemasangan setiap akan koitus,” ujarnya.


Beberapa pola dan metode itu, lanjutnya, dinilai paling efektif dengan menerapkan kontrasepsi nonhormonal yang baik akan mencegah kehamilan. Sebab, PMS salah satu pasangan yang tidak nakal, kalau berhubungan seksual yang sehat.


Ketua IDI Kota Medan dr.Syah Mirsa Warli, SpU yang membedah kontrasepsi pada pria menilai seiring perkembangan zaman, kontrasepsi pun berkembang lebih pesat dengan alternative lebih banyak dan angka kegagalan sangat rendah.


Selain itu, dihadapkan pada tantangan kontrasepsi guna menekan jumlah sperma, variasi waktu untuk mencapai azoospermia dan meminimalkan efek merabolik yang tidak diinginkan.


“Untuk alat kontrasepsi sendiri, bagi kalangan pria lebih banyak menggunakan kondom, penentuan system kalender (abstinensia periodic), senggama terputus, vasektomi, obat kontrasepsi pria nonhormonal, kontrasepsi pria metode hormonal dan vaksin kontrasepsi. Angka kegagalan senggama terputus sebesar 19 %, system kalender 20 % dan kondom 3-14 %,” tuturnya.


Sebagai perbandingannya, di negara maju penggunaan kontrasepsi pria mencapai 13 % untuk penggunaan kondom, vasektomi 6 %. Di negara berkembang justru lebih kecil dengan penggunaan kondom sebesar 3 % dan vasektomi 3 %. Dalam penggunaan vasektomi, diketahui dapat menunda pengeluaran cairan sperma saat berhubungan seksual. Cairan yang di keluarkan tidak mengandung sel telur dari sperma namun cairan dari hasil ereksi.

PEREMPUAN LEBIH BERISIKO MENGALAMI GANGGUAN JIWA RINGAN

Medan – Ketua Perhimpunan Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) Tun Kurniasih mengatakan perempuan lebih berisiko mengalami gangguan kesehatan jiwa ringan dibandingkan laki-laki.

“Perempuan yang mengalami gangguan jiwa ringan dua kali lebih banyak dari laki-laki, makanya perempuan digolongkan sebagai kelompok rentan. Tapi untuk gangguan jiwa berat seperti psikosis, rasio laki-laki dan perempuan satu disbanding satu,” katanya dalam seminar kesehatan jiwa di Jakarta, Senin (24/5).

Hasil Riset Kesehatan Dasar 2007 menunjukkan jumlah perempuan berusia lebih dari 15 tahun yang mental emosionalnya terganggu ringan sebanyak 16 %, sementara laki-laki antara 8-9 %.

Tun mengatakan, budaya yang menempatkan perempuan pada posisi sulit sehingga mereka seolah tak berdaya merupakan salah satu factor yang menyebabkan perempuan lebih rentan terganggu jiwa ringan seperti depresi dan cemas.

“Ini membuat perempuan merasa tak berdaya, perempuan jadi lemah daya tahan mentalnya dan jadi rentan melakukan aksi bunuh diri,” katanya.

Angka bunuh diri pada perempuan juga lebih tinggi dari pada laki-laki.“ Penyebab yang lain adalah perubahan biologis pada tubuh perempuan. Perubahan hormonal membuat kondisi emosional perempuan, misalnya saja pada saat hamil, setelah melahirkan serta sebelum dan selama menopause.” Kata Penanggungjawab Program Kesehatan Jiwa pada kantor Perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) Jakarta Albert Maramis.

Gangguan jiwa ringan seperti depresi, katanya, membuat perempuan mengabaikan kondisi kesehatannya dan bayinya sehingga memperbesar resiko kematian ibu dan bayi.

Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih mengatakan penyediaan layanan konseling bagi pasangan suami istri penting untuk mencegah terjadinya masalah gangguan jiwa pada perempuan. “Pelayanan kesehatan jiwa perlu diintegrasikan dalam kegiatan pelayanan kesehatan di puskesmas dan rumah sakit, katanya.

Namun yang tak kalah penting, kata Tun, adalah penyebarluasan informasi mengenai pencegahan dan penanganan masalah kesehatan jiwa kepada masyarakat.

“Kalau masyarakat tahu maka mereka akan lebih peduli dan lebih cepat tanggap mencegah sehingga tidak sampai mengalami gangguan jiwa,” jelasnya.

PSIKIATER

Pada kesempatan itu, juga disampaikan, saat ini hanya ada sekitar 600 psikiater di Indonesia. “Resikonya dengan penduduk sekitar satu banding setengah juta. Idealnya satu banding 30 ribu,” katanya.

Tahun lalu, Badan Pusat Statistik memperkirakan ada 231 juta jiwa penduduk Indonesia. Dari jumlah tersebut, kata Tun Kurniasih Bastaman, 200 psikiater diantaranya bekerja di Jakarta dan sisanya di kota-kota besar lain seperti Medan, Surabaya dan Daerah Istimewa Yogyakarta.

“Di daerah lain sangat sedikit. Di seluruh Kalimantan saja hanya ada 11 psikiater,” katanya.

Hal itu, katanya, antara lain terjadi karena jumlah fasilitas pendidikan psikiatri memang tidak banyak. Saat ini juga terdapat Sembilan pusat pendidikan psikiatri, namun hanya enam diantaranya yang aktif. “Jumlah lulusan setiap tahun sekitar 10 orang,” ucapnya.

Selain itu, ia melanjutkan, pusat pendidikan psikiatri tidak menerima banyak peserta didik. “Lulusan sedikit bukan karena tidak ada peminat, tapi karena penerimaannya memang sedikit, jadi peminat harus antri,” ungkapnya, serta menambahkan biaya pendidikan spesialistik kedokteran yang lain.

Kondisi yang demikian tentunya mempengaruhi pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan jiwa bagi masyarakat.

“Karena itu kami akan berusaha melakukan terobosan untuk meningkatkan kapasitas fasilitas pendidikan kesehatan jiwa. Ini akan dirumuskan dalam waktu dekat,” ungkap direktur Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan, Irmansyah.

Tun menyarankan pemerintah daerah memetakan kebutuhan dokter jiwa diwilayahnya serta memberikan beasiswa kepada putra daerah untuk menjalani pendidikan psikiatri guna mendukung kegiatan pelayanan kesehatan jiwa di daerah.

“Pemerintah daerah sebaiknya membuat kontrak dengan mereka dan dibiayai dalam menjalani pendidikan psikiatri agar setelah menyelesaikan pendidikan menjalankan tugas profesinya di daerah asal. Karena tidak mungkin semua bisa di penuhi pemerintah pusat,“ katanya.

Thursday, May 20, 2010

Pemuda : Menulis, Memandu Bangsa


Peranan pemuda dalam memandu bangsa tidak perlu diragukan lagi. Banyak pemuda negeri ini yang telah menorehkan tinta emas menghiasi wajah ibu pertiwi. Salah satunya adalah WR Supratman yang mempersembahkan lagu kebangsaan “Indonesia Raya” bagi seluruh rakyat Indonesia.


Usianya yang masih seperempat abad telah mampu menghasilkan lagu nasional dengan syair dan melodi terbaik. Lagu kebangsaan itulah yang kita nyanyikan dalam acara – acara resmi negara. Mulai dari sekolah dasar (SD), upacara bendera, lagu kebanggaan “Indonesia Raya” selalu dikumandangkan.


Namun belakangan, alangkah menyedihkan ketika orang Indonesia tidak lagi menjiwai makna lagu tersebut. Tidak sedikit yang lupa dan bahkan dalam acara – acara resmi lokal maupun nasional, lagu ini seringkali terlewatkan. Pejabat negara saja bisa lupa, apalagi orang awam yang mungkin saja tidak hapal lagi. Padahal jika lagu itu dijiwai, akan terungkap pesan moral dan perjuangan secara mendalam.


“Bangunlah jiwanya Bangunlah badannya untuk Indonesia Raya”. Itulah sebagian lirik dari lagu tersebut yang terlupakan dan dilupakan. Seandainya WR Supratman masih hidup, pastilah ia marah dan menangis melihat generasi bangsa yang tak menghargai serta menjiwai warisan bangsa.


Masih banyak warisan bangsa yang dilupakan dan pada akhirnya dipatenkan/diklaim oleh negara lain. Misalnya tari pendet, motif parang batik, angklung, lagu jali – jali dan rasa sayange, dan reog Ponorogo yang dipatenkan Malaysia. Pulau – pulau terluar di Indonesia pun seperti Pulau Sipadan dan Ligitan telah beralih menjadi milik Malaysia. Tidak hanya negara jiran ini yang mematenkan warisan budaya kita.


Sialnya, elite politik selalu melontarkan semangat nasionalisme dengan berapi – api tapi ternyata itu semua hanya manis di bibir, pahit di tindakan. Karena pada kenyataannya, para elite politik lebih bangga memakai produk asing, lebih percaya dan mendengarkan nasehat – nasehat asing daripada nuraninya sendiri atau suara rakyat.,

Selain itu, kondisi bangsa saat ini berada dalam keterpurukan, terombang – ambing di atas gelombang ketidakberdayaan,. Gelombang yang menghempas perahu negeri ini datang dari dalam dan luar negeri. Dari dalam, kebijakan yang tak berpihak kepada rakyat, korupsi, ketidakadilan, merupakan tembok penghambat kemajuan bangsa. Dari luar, kepentingan politik ekonomi asing semakin nyata mencengkeram bumi pertiwi. Lihatlah, begitu jelas di depan mata kita, aset – aset negara dikuasai pengusaha/negara asing. Produk asing juga merajai pasar domestic, apalagi dengan adanya perdagangan bebas, seperti ACFTA yang sudah resmi berjalan sejak Januari 2010.


Sementara berjuta rakyat hidup dalam belenggu kemiskinan, pengangguran, kesengsaraan, kebodohan dan penghisapan. Hal ini terjadi karena para pemimpin tidak mau (mampu) memandu bangsa keluar dari krisis. Jika ini tetap dibiarkan, maka identitas bangsa ini semakin kabur dan mimpi mewujudkan Indonesia yang benar-benar merdeka tak akan tercapai. Untuk itu, peran pemuda sebagai generasi penerus bangsa sangat dinantikan.


Pemuda hendaknya memaknai pesan dalam nyanyian “Indonesia Raya”. Setidaknya untuk menciptakan Indonesia yang raya, maka memandu bangsa adalah hal yang mutlak dikerjakan. Memandu bangsa artinya menunjuk jalan, memimpin, menuntun, membimbing bangsa ini menuju cita –cita bersama yang tertuang dalam Pancasila dan UUD 1945.


Menuntun bangsa keluar dari krisis. Tentunya, persatuan merupakan modal dasar dan kendaraan menuju cita – cita tersebut. Karena tidak ada kekuatan yang bisa melawan rakyat yang bersatu. Terbukti, kita bisa merdeka dari kolonialisme karena semangat persatuan menjadi senjata paling ampuh mengusir penjajah.


Menulis

Dalam memandu bangsa, pemuda harus terlebih dahulu mengenali atau memahami jati diri bangsanya. Termasuk sejarah, keberagaman budaya, persoalan yang dihadapi, tantangan, dan peluang. Kemudian, pengenalan dan pemahaman tersebut akan, melahirkan kepedulian atau kegelisahan, komitmen dan tindakan. Segala potensi yang ada dalam diri pemuda hendaknya ditumpahkan melalui karya dan pengabdian. Salah satunya dengan menulis.


Sangat memprihatinkan ketika kemajuan teknologi informasi semakin pesat, namun tak beebanding lurus dengan kemajuan karya anak bangsa. Penyalahgunaan teknologi yang justru membingkai aktivitas generasi muda. Tahun 1930-an, ketika belum ada peralatan menulis yang memadai, Soekarno telah menghasilkan karya tulis luar biasa “Di Bawah Bendera Revolusi”.


Atau pada tahun 1960-an, seorang aktivis mahasiswa,Soe Hok Gie, menumpahkan kegelisahannya dalam tulisan yang dimuat di koran – koran nasional. Catatan hariannya juga akhirnya dijadikan buku “Catatan Harian Seorang Demonstran”.

lusi mengatasi persoalan tersebut. Masih banyak lagi sosok pemuda pemikir, pejuang, dan penulis seperti mereka, yang telah menginspirasi banyak orang hingga sekarang. Tidak bisa dipungkiri, bangsa ini membutuhkan pemuda demikian.


Saat ini, komputer bukanlah barang mewah, sudah bertebaran di mana – mana. Tidak ada alasan sebenarnya untuk tidak menulis. Wiji Thukul saja dalam puisinya mengatakan bahwa jika tidak ada lagi peralatan untuk menulis, maka menulis dengan (tinta) darah pun jadi.


Alangkah menyedihkan, banyak pemuda yang “mabuk” facebook. Bukan berarti bermain facebook itu salah. Melalui jejaring sosial ini juga kita bisa menulis. Itu sangat strategis untuk menyampaikan pesan moral kepada pengguna jejaring ini. Kenyataan dari pengamatan saya, kebanyakan dari mereka yang online hampir – hampir setiap hari, lebih fokus menggunakannya sebagai media bersenang – senang, mencari jodoh, bermain poker dan pencitraan diri melalui foto – foto terbaiknya. Bahkan penipuan – penipuan marak terjadi melalui facebook. Kebiasaan – kebiasaan manja, serba instan, dan menipu tak baik diteruskan.


Kita pemuda hendaknya menyadari bahwa masa depan itu milik kita dan ditentukan oleh kita. Apa yang kita kerjakan sekarang sangat menentukan hari esok. Hari esok bangsa Indonesia. Jika kita menulis dengan cinta dan nilai – nilai moral kemanusiaan, maka kita akan menuai hasilnya atau akan dan cucu kita yang menikmatinya.


Sangat memprihatinkan ketika tulisan – tulisan tentang Indonesia, lebih banyak ditulis oleh penulis – penulis Barat. Sehingga, cara pandangnya adalah sudut pandang Barat dan demi kepentingan Barat. Pemuda harus mematahkan mitos Barat yang mengatakan bahwa Indonesia adalah bangsa pemalas, bodoh dan lemah. Kita adalah bangsa yang cerdas, rajin, dan kuat. Sejarah telah membuktikannya.


Oleh karena itu, budaya menulis hendaknya tertular dalam diri masyarakat, khususnya kalangan pemuda. Era reformasi yang telah membuka ruang bagi kebebasan bersuara, jangan disia – siakn untuk mencerdaskan bangsa melalui tulisan – tulisan. Lembaga pendidikan katakanlah perguruan tinggi sebagai tempat belajar kaum – kaum intelektual muda, sangat strategis menghasilkan tulisan – tulisan pembebasan untuk memandu bangsa. Mahasiswa/pemuda harus menulis. Membaca buku, berdiskusi, dan menulis adalah menu “sehat” bagi mahasiswa.


Media cetak yang semakin menjamur telah membuka ruang bagi pemuda untuk menyampaikan gagasannya. Media lokal dan nasional seperti Harian Analisa, Medan Bisnis, Waspada, Harian Global, Seputar Indonesia, Media Indonesia, dan teman – temannya, sedang menunggu goresan pena pemikir muda. Sungguh ada kepuasaan batin ketika tulisan kita bermanfaat bagi orang lain. Lantas, tulisan seperti apa yang dikategorikan memandu bangsa?


Segala tulisan yang bertujuan menuntun, memimpin, dan mencerdaskan masyarakat adalah suluh memandu bangsa. Dengan membangkitkan semangat nasionalisme, mengkritisi kebijakan yang tidak pro-rakyat, mengawasi kinerja pemerintah, menyuarakan kebenaran dan keadilan, memberikan informasi yang akurat, dan memcerdaskan rakyat, akan menuntun bangsa dalam kejayaan.


Dengan demikian, menulis adalah salah satu cara untuk memandu bangsa. Berarti menulis adalah kegiatan yang mulia. Seperti yang diungkapkan Pramoedya, “tidak mungkin orang mencintai negeri dan bangsanya kalau orang tak mengenal kertas – kertas tentangnya, tidak mengenal sejarah tentangnya. Apalagi kalau tak pernah berbuat sesuatu kebajikan untuknya”. Marilah kita pandu bangsa dengan menulis. (lbs_234)