Monday, May 31, 2010

KONTRASEPSI NONHORMONAL EFEKTIF CEGAH KEHAMILAN

Medan – Kontrasepsi nonhormonal di antaranya dengan cara senggama terputus dinilai menjadi salah satu cara paling efektif mencegah kehamilan. Cara itu juga dapat berhasil efektif dengan peranserta kedua belah pihak (pasangan) saat melakukan hubungan seksual.


“ Kita ingin mengenalkan kontrasepsi nonhormonal dengan jenis kontrasepsi alamiah, kontrasepsi metode barrier, alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR/IUD’s) dan sterilisasi. Pola ini sangat cocok bagi pasangan yang sangat termotivasi untuk mencegah kehamilan dan pada fertility based awareness methods atau siklus haid harus teratur,” kata Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Sumut dr.Hendry Salim Siregar,SpOG yang menjadi pembicara dalam Seminar Regional Teknologi KB Terkini, Selasa (25/5), di Hotel Madani Medan.


Menurutnya. Senggama terputus termasuk dalam jenis kontrasepsi alamiah dengan cara ekspulsi pra ejakulasi/pancaran ekstravaginal dengan melakukan pengeluaran alat kelamin pria dari vagina sesaat sebelum terjadi ejakulasi. Senggama terputus ini dinilai efektif bila dilakukan dengan benar dan konsisten serta tidak menimbulkan efek samping. Untuk melakukannya, membutuhkan kerjasama yang baik dan konsisten dari masing-masing pasangan serta tidak sesuai bagi pasangan yang mengalami ejakulasi dini.


“ Sedangkan dalam metode barrier dengan bantuan diafragma yang berbentuk kubah dan dimasukkan ke vagina sehingga menutupi serviks. Penggunaannya dapat digunakan bersama dengan spermisida yang berdiameter 50-95 mm, kegagalan 6 % pada tahun pertama dengan penggunaan yang baik dengan konsisten. Kelemahannya dapat terjadi alergi, toxic shock syndrome (latex), peningkatan kejadian ISK, tidak melindungi terhadap penyakit menular seksual (PMS) dan pemasangan setiap akan koitus,” ujarnya.


Beberapa pola dan metode itu, lanjutnya, dinilai paling efektif dengan menerapkan kontrasepsi nonhormonal yang baik akan mencegah kehamilan. Sebab, PMS salah satu pasangan yang tidak nakal, kalau berhubungan seksual yang sehat.


Ketua IDI Kota Medan dr.Syah Mirsa Warli, SpU yang membedah kontrasepsi pada pria menilai seiring perkembangan zaman, kontrasepsi pun berkembang lebih pesat dengan alternative lebih banyak dan angka kegagalan sangat rendah.


Selain itu, dihadapkan pada tantangan kontrasepsi guna menekan jumlah sperma, variasi waktu untuk mencapai azoospermia dan meminimalkan efek merabolik yang tidak diinginkan.


“Untuk alat kontrasepsi sendiri, bagi kalangan pria lebih banyak menggunakan kondom, penentuan system kalender (abstinensia periodic), senggama terputus, vasektomi, obat kontrasepsi pria nonhormonal, kontrasepsi pria metode hormonal dan vaksin kontrasepsi. Angka kegagalan senggama terputus sebesar 19 %, system kalender 20 % dan kondom 3-14 %,” tuturnya.


Sebagai perbandingannya, di negara maju penggunaan kontrasepsi pria mencapai 13 % untuk penggunaan kondom, vasektomi 6 %. Di negara berkembang justru lebih kecil dengan penggunaan kondom sebesar 3 % dan vasektomi 3 %. Dalam penggunaan vasektomi, diketahui dapat menunda pengeluaran cairan sperma saat berhubungan seksual. Cairan yang di keluarkan tidak mengandung sel telur dari sperma namun cairan dari hasil ereksi.

No comments:

Post a Comment